Advertisement

Thursday, September 11, 2014

Brigade al-Khanssaa bangun Rumah Bordil untuk pejuang ISIS

Brigade al-Khanssaa bangun Rumah Bordil untuk pejuang ISIS
Berbagi Info - Dikutip dari Merdeka.com, Ribuan perempuan Irak telah dilaporkan dipaksa menjadi budak seks di rumah bordil yang dijalankan oleh "polisi" dari para jihadis wanita asal Inggris.

Sebanyak 3.000 perempuan dan gadis dari suku Yazidi di Irak telah ditangkap di saat militan dari Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) melanjutkan teror mereka di seluruh wilayah itu, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Kamis (11/9).

Sumber sekarang mengatakan para jihadis perempuan asal Inggris yang mengoperasikan sebuah pasukan polisi syariah disebut sebagai Brigade al-Khanssaa, yang menghukum para perempuan dianggap berperilaku tidak "Islami", telah menyiapkan rumah bordil untuk digunakan bagi para pejuang ISIS.

Seorang sumber mengatakan kepada koran the Mirror, "Para wanita ini menggunakan interpretasi dari agama Islam untuk membenarkan tindakan mereka".

"Mereka percaya para militan dapat menggunakan wanita-wanita ini sesuka hati mereka karena para wanita ini non-muslim. Ini dilakukan oleh jihadis perempuan asal Inggris yang telah naik ke puncak polisi syariah Negara Islam dan sekarang mereka bertanggung jawab atas operasi ini," ujar sumber itu. "Tindakan ini sesat."

Lembaga Penelitian Media Timur Tengah (MEMRI) merilis sebuah laporan mengatakan kelompok Negara Islam, dulu dikenal sebagai ISIS, telah membawa banyak wanita Yazidi untuk dijual dan digunakan sebagai budak seks.

Aqsa Mahmood tokoh kunci Bigade Al-Khanssaa
Brigade al-Khanssaa merupakan satu-satunya milisi perempuan yang dibentuk oleh kelompok Negara Islam di wilayah Raqqa, Suriah, dengan tokoh kuncinya diyakini adalah Aqsa Mahmood, 20 tahun, dari Glasgow, Skotlandia, yang melarikan diri ke negara itu pada tahun lalu.

Akademisi di King College London telah mengidentifikasi tiga wanita Inggris lainnya sebagai anggota kelompok itu, dan mengatakan ada sekitar 60 wanita Inggris lainnya yang telah pergi ke Suriah buat berjihad.

Sebagian besar para jihadis perempuan ini, termasuk Mahmood, berusia antara 18 hingga 24 tahun, di mana Brigade al-Khanssaa dikatakan mencari orang yang terlibat dalam budaya Barat di Raqqa.

Diyakini juga bahwa dua jurnalis asal Amerika James Foley dan Steven Sotloff dipenggal di padang pasir dekat Raqqa dan karena itu para jihadis wanita asal Inggris di Brigade al-Khanssaa bisa tahu siapa yang membunuh mereka.

Brigade al-Khanssaa bangun Rumah Bordil untuk pejuang ISIS
Melanie Smith, seorang peneliti di Pusat Internasional untuk Penelitian Radikalisasi di King College, mengatakan kepada wartawan Robert Mendick dan Robert Verkaik dari koran the Sunday Telegraph, "Al-Khanssaa adalah brigade polisi syariah. Ini adalah penegak hukum jihadis perempuan ISIS."

"Kami pikir kelompok itu terdiri dari campuran wanita asal Inggris dan Prancis tapi akun media sosialnya dijalankan oleh warga Inggris dan ditulis dalam bahasa Inggris," jelas dia.

"Mengingat betapa kecil jaringan komunitas mereka, yang kita tahu ada sekitar 500 jihadis laki-laki asal Inggris di luar sana, bukan tak mungkin wanita ini bergerak dalam lingkaran yang sama sebagai pembunuh Foley dan Sotloff," lanjut dia.

Kebingungan memuncak terkait identitas algojo ISIS dikenal sebagai 'John si Jihadis', setelah pakar keamanan pekan lalu tampaknya menyatakan dia bukan mantan penyanyi rap dari London.

Brigade al-Khanssaa bangun Rumah Bordil untuk pejuang ISIS

Pria bertopeng itu, yang berbicara dengan aksen London, pada awalnya dikatakan sebagai penyanyi rap bernama Abdul Majid Abdul Bary, tetapi sekarang diketahui sebagai orang lain.

Wanita Inggris dilaporkan diberi peran utama dalam Brigade Al-Khanssaa karena pemimpin Negara Islam melihat mereka sebagai perempuan asing yang paling berkomitmen terhadap jihad.


Sumber: Merdeka.com

0 komentar:

Post a Comment

Advertisement

Last Updated

Recent Posts Widget
Advertisement