Advertisement
Showing posts with label Nasional. Show all posts
Showing posts with label Nasional. Show all posts

Friday, September 12, 2014

Membinasakan karier? AHOK: Kita lihat saja siapa yang kariernya binasa

Gambar Ahok yang di edit lewat Photoshop sebagai pendekar
Berbagi Info - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak terpancing pernyataan anggota DPRD DKI Abraham Lunggana alias Lulung, yang menyebut karier Basuki harus dihabisi.

"Membinasakan karier? Kita lihat saja siapa yang kariernya binasa," kata Basuki, di Hotel Four Season, Kamis (11/9/2014) malam.

Sebelumnya, Lulung menyatakan bahwa pernyataan Basuki tentang revisi Undang-Undang Pemilu Kepala Daerah telah melebar hingga merendahkan lembaga legislatif.

Menurut Lulung, Basuki telah memperlihatkan sikap tak beretika sebagai seorang wakil gubernur.

Lulung Lunggana dan Ahok
"Ya sudahlah, dia kan memang sudah bilang kalau aku gila. Kalau memang gila, ya sudah," imbuh Basuki soal pernyataan Lulung.

Sebelumnya diberitakan, Lulung mengancam akan mengerahkan kekuatan di lembaga legislatif untuk tak menggelar sidang paripurna pelantikan Basuki menjadi gubernur DKI Jakarta, menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi presiden.

Lulung yang juga Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP DKI Jakarta ini mengatakan, DPRD akan menggunakan hak interpelasi, alias meminta keterangan dari pemerintah, untuk memanggil Basuki.

Lewat interpelasi itu, kata Lulung, DPRD DKI akan meminta pertanggungjawaban Basuki terkait beragam pernyataan yang menyinggung DPRD. Meskipun pernyataan Basuki berlaku umum untuk semua DPRD di Indonesia, Lulung berkeyakinan bahwa yang dimaksud Basuki adalah DPRD DKI.

"Makanya kami minta Pak Ahok bertanggung jawab dengan hak interpelasi. Kami itu belum bekerja, kok Pak Ahok sudah menghina DPRD," kata pria yang sempat membuat kehebohan dengan mobil Lamborghini itu

Sumber: Kompas.Com

Lulung Lunggana, Penghianat atau Pahlawan Betawi

Lulung Lunggana, Penghianat atau Pahlawan Betawi
Cara H. Lulung, sang pengkhianat masyarakat betawi yang ngaku-ngaku pahlawan asal betawi (padahal asalnya banten) cari duit , Ngaku pembela Rakyat Betawi ternyata pernah mengkhianati masyarakat betawi dan bahkan mengkhianati Bang Ucu yang sudah menolongnya, dengan menghasut bang Ucu sang tokoh betawi

Bang Ucu

Hercules

Pada 1996, ketika Hercules berhadapan dengan Bang Ucu, Lulung memilih “berkolaborasi” dengan kelompok Timor. Alhasil, ia dikejar-kejar teman-temannya di Betawi atas pengkhianatan Lulung, Untunglah bang ucu menyelamatkannya saat itu.

Polisi menggelar operasi cipta kondisi dan menangkap 48 preman di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Rata-rata mereka berprofesi sebagai juru parkir, tukang peras hingga timer, alias penghitung kendaraan umum yang mangkal di beberapa titik.

Polisi menduga para preman ini diorganisir H. Lulung. Aksi-aksi mereka sudah meresahkan masyarakat.

Pasar Tanah Abang Sesudah dan Sebelum Ditertibkan
Keberadaan preman Tanah Abang tersebar di beberapa titik, yakni di Tasik, Blok B, Blok G, Masjid At Taqwa dan Stasiun Tanah Abang. Dengan zona yang dimiliki, mereka dengan leluasa meminta jatah kepada setiap orang yang melintas.

Polisi pun menegaskan akan terus menggelar razia dan telah mengantongi bukti keterlibatan H lulung dan akan menindak lanjuti perkara ini sampai kawasan Tanah Abang bebas dari preman.

Berikut beberapa cara preman Tanah Abang melakukan aksinya.

Mulai dari :

1#. Setengah hari Timer dapat Rp 1 juta

Juru parkir Tanah Abang digeledah Polisi
Para preman Tanah Abang ada yang berprofesi sebagai timer alias penghitung angkutan umum yang melintas. Setiap sopir yang lewat kena palak. Cuma 'bekerja' dari pagi sampai siang, para preman ini bisa mendapat penghasilan cukup besar.

"Uang yang dikumpul timer itu dari pagi sampai siang Rp 1 juta yang sebagian besarnya disetorkan ke Kaki tangan H lulung," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto.

Polisi pun tak tinggal diam dan menangkap para timer ini.



2#. Palak pemilik lapak Rp 30 juta per bulan

Pemilik Lapak Tanah Abang mengganggu pengguna jalan raya
Para preman di Tanah Abang mendatangi pemilik kios yang punya lokasi strategis. Para pedagang itu pun wajib setor Rp 30 juta per bulan. Selain itu, per harinya para pedagang masih juga dipalak.

"Sebulan itu Rp 30 juta, di tempat yang bakal laku dan banyak pengunjung. Harian Rp 10 ribu-20 ribu. Kalau tidak bayar, dibongkar atau tidak boleh berdagang di situ," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Jakarta.

Polisi menduga aksi para preman ini sudah berlangsung lama. Para preman ini pun terorganisir dan ada god father atau tokoh preman kuat di sana. Polisi pun menyelidiki keterlibatan ormas pimpinan H Lulung ikut bermain di Tanah Abang.


3#. Parkir liar

Para preman menerapkan tarif parkir yang cukup tinggi kepada pengendara. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan harga parkir Rp 2 ribu per jam, namun mereka meminta bayaran hingga Rp 10 ribu.

"Preman-preman itu membuat parkir, seharusnya Rp 2 ribu jadi Rp 10 ribu," ungkap Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto di Mapolda Metro.

Dalam sehari setiap orang bisa mengantongi uang lebih dari Rp 1 juta karena banyaknya motor yang parkir.


4#. Bikin 'jalan tol'

Ilustrasi kesemrawutan: Orang yang lewat situ ditagihin juga seperti jalan tol, kalau enggak mau dibaret-baret
Para preman Tanah Abang membuat jalan di kawasan itu ibarat jalan tol. Siapa yang melintas harus bayar. Kalau tidak bayar, mobil yang melintas pun akan dibaret.

"Orang yang lewat situ ditagihin juga seperti jalan tol, kalau enggak mau dibaret-baret," kata Kombes Rikwanto.

Hal tersebut terungkap saat para preman itu terjaring dalam Operasi Cipta Kondisi gabungan antara Sub Direktorat (Subdit) Kendaraan Bermotor (Ranmor) dan Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya.

Para preman meresahkan tersebut dikumpulkan di Jalan Baru, di depan Hotel Jati, Tanah Abang, Jakarta Barat, untuk dilakukan pendataan dan pemeriksaan. Setelah itu mereka digiring ke Polda Metro Jaya.


5#. Jadi jasa pengamanan buat pedagang

Preman yang ditangkap
Masing-masing preman di Tanah Abang punya wilayah atau teritori masing-masing. Mereka pun kerap meminta uang sebagai imbalan jasa pengamanan.

"Para preman itu seperti jadi sekuriti. Seolah-olah kami keamanan di sini, kami mengamankan kamu," terang Kombes Rikwanto.

Besarnya uang jasa pengamanan itu bervariasi. Mulai Rp 10.000 setiap hari, hingga ada yang kena puluhan juta per bulan. Tergantung besarnya lapak dan ramainya usaha.

Sumber: Fanspage ANTI FAKER Indonesia (tanpa di edit)
Advertisement

Last Updated

Recent Posts Widget
Advertisement